Judul Buku | : Korean Music in Indonesia Present and Development: Urbanism Relocated an Intermediate Encounter |
Kepengarangan | : Nyak Ina Raseuki, Chung Ji Pyo, Zachary Hejny |
Penulis/Penyusun | : Nyak Ina Raseuki; Song Hwa Seob; Chung Ji Pyo; Zachary Hejny; Lee Yoon Sun; Lintang Wahyusih Nirmala; Ahmad Cahyono Adi, Dyan Puji Lestari, Elsa, Muhammad Sunariya; Selly Astari Octaviani; Diana Safinda Asran; Khairil Anwar; Arnita Dwi Puspaningrum; Anita Putri Rukayah Siregar; Silvia Cristine Hasianta Manurung; Ferdy Karel Soukotta; Kris Julis Iman Murni Maruwu |
Editor/Penyunting | : Nyak Ina Raseuki, Chung Ji Pyo, Zachary Hejny |
Desain Cover | : Carolus Astabrata |
Layout | : Carolus Astabrata |
Sinopsis | : This proceeding represents the current realities facing the cultural relationship between Indonesia and Korea within musical fields. Nearly all the papers received through the open call proposed research about K-pop. This proceeding corroborates the phenomena described above, and we feel it represents the interests of Indonesian scholars concerning Korean studies. To enrich the breadth of topics researched in Indonesian Korean Studies programs, we supplemented these K-pop articles with presentations from experts in other fields, such as traditional music, performance studies, music composition, and cultural diplomacy. |
Distributor | : IKJ Press |
Link Katalog Penerbit | : https://lppm.ikj.ac.id/korean-music-in-indonesia-present-and-development-urbanism-relocated-an-intermediate-encounter/ |
Edisi | : Pertama |
Seri | : – |
Tahun | : 2023 |
Ukuran Buku | : 16 x 22.5 cm |
Jumlah Halaman | : 193 halaman |
Keterangan isi | : Berwarna |
Bahasa | : Inggris |
Jenis | : Non Fiksi |
Kelompok Pembaca | : Semua Umur |
Jenis Cover | : Soft copy |
Media | : Buku/pdf |
Terbitan | : IKJ Press |
Jenis | : Penelitian |
Kategori | : Proceeding/Seni |
Judul Buku | : Tata Artistik Dasar |
Kepengarangan | : Bintang B. Doeana, M.Sn. |
Penulis/Penyusun | : Bintang B. Doeana, M.Sn. |
Editor/Penyunting | : Han Revo Juang |
Desain Cover | : Nailamazaya |
Layout | : Aldi Hasyim Ashari |
Sinopsis | : Buku Ajar Ini Berisi Tentang Proses Pembelajaran Pada Matakuliah Tata Artistik Dasar, Dimana Matakuliah Ini Adalah Sebagai Pengantar Pada Ilmu Dan Keterampilan Bidang Tata Artistik Dalam Produksi Film. Secara Umum Tata Artistik Film Melingkupi Pada Penataan Set, Penataan Kostum,Penataan Properti,Penataanmake-Up Dan Hairstyle Sertapenataanefekkhusus. Namun Sebelum Memasuki Tahap Mendalam Tentang Penataan Artistik Tersebut, Ada Beberapa Pekerjaan Persiapan Yang Haruslah Dilakukan, Dimana Dibutuhkan Keterampilan Dalam Hal Kreatif Maupun Manajerial. Pekerjaan Pendahuluan Tersebut Seperti Melakukan Analisa Artistik Dengan Riset, Pengumpulan Referensi, Memperkirakan Kontribusi Dari Setiap Item Yang Terdapat Dari Tiap Unsur Artistik. Yang Dimaksud Kontribusi Dalam Hal Ini Ialah Pengaruh Dari Set Atau Kostum Atau Properti Atau Make-Up/Hairstyle Maupun Efek-Efek Khusus Pada Dramatisasi Cerita Film. Kemudian Membuat Breakdown, Yang Secara Manajerial Akan Memudahkan Pekerjaan Dalam Mempersiapkan Kebutuhan Artistik. Buku Ajar Ini Juga Dilengkapi Dengan Soal Latihan Dan Soal Ujian, Disertaidengancontohgambardancontohskenario |
Distributor | : IKJ Press |
Link Katalog Penerbit | : https://lppm.ikj.ac.id/tata-artistik-dasar/ |
Edisi | : Pertama |
Seri | : – |
Tahun | : 2023 |
Ukuran Buku | : 15.5 x 23 cm |
Jumlah Halaman | : 213 halaman |
Keterangan isi | : Berwarna |
Bahasa | : Indonesia |
Jenis | : Non Fiksi |
Kelompok Pembaca | : Semua Umur |
Jenis Cover | : Soft copy |
Media | : Buku/pdf |
Terbitan | : IKJ Press |
Jenis | : Penelitian |
Kategori | : Buku Ajar/Seni |
Judul Buku | : Pengantar Cultural Studies |
Kepengarangan | : Hilmar Farid |
Editor/Penyunting | : Martin Suryajaya |
Desain Cover | : Martin Suryajaya |
Layout | : Martin Suryajaya |
Sinopsis | : Buku “Pengantar Cultural Studies” karya Hilmar Farid
memberikan panduan komprehensif tentang Cultural Studies. Buku ini menjelaskan bagaimana kebudayaan, dalam berbagai bentuk dan manifestasinya, mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Mulai dari seni hingga struktur sosial, politik, dan ekonomi, buku ini membahas bagaimana budaya dipahami dan dianalisis dalam konteks yang lebih luas. Hilmar Farid memaparkan pendekatan interdisipliner dalam Cultural Studies, menggabungkan berbagai teori dan metodologi dari disiplin ilmu lain. Penekanan khusus diberikan pada konteks lokal Indonesia, menyajikan studi kasus dan contoh yang relevan dengan situasi sosial dan budaya di Indonesia. Buku ini dirancang untuk mahasiswa, akademisi, dan siapa saja yang tertarik memahami lebih dalam tentang Cultural Studies. |
Distributor | : IKJ PRESS |
Link Penerbit | : https://lppm.ikj.ac.id/pengantar-cultural-studies/ |
Edisi | : Pertama |
Seri | : – |
Tahun | : 2024 |
Ukuran Buku | : 15,5 x 23 cm |
Jumlah Halaman | : xv + 286 halaman |
Keteranagn isi | : berwarna |
Bahasa | : Indonesia |
Jenis | : Non Fiksi |
Kelompok Pembaca | : Dewasa |
Jenis Cover | : Softcopy |
Media | : PDF/BUKU |
Terbitan | : IKJ PRESS |
Jenis | : Penelitian |
Kategori | : Buku Ajar |
]]>
Judul Buku | : Pengantar Seni dan Interpretasi |
Kepengarangan | : Martin Suryajaya |
Editor/Penyunting | : Martin Suryajaya |
Desain Cover | : Martin Suryajaya |
Layout | : Martin Suryajaya |
Sinopsis | : Buku “Pengantar Seni dan Interpretasi” merupakan panduan mendalam tentang berbagai pendekatan dalam memahami dan menginterpretasikan karya seni. Penulis membahas secara rinci berbagai kerangka kerja interpretasi seni, dari modernisme hingga pascakolonial, memberikan pemahaman tentang konsep-konsep kunci serta penerapannya dalam praktik nyata. Selain itu, kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan juga diuraikan untuk memberikan perspektif yang seimbang. Buku ini menyelami aspek estetika, filsafat seni, dan analisis budaya, menjadikannya |
Distributor | : IKJ PRESS |
Link Penerbit | : https://lppm.ikj.ac.id/pengantar-seni-dan-interpretasi/ |
Edisi | : Pertama |
Seri | : – |
Tahun | : 2024 |
Ukuran Buku | : 15,5 x 23 cm |
Jumlah Halaman | : xv + 314 halaman |
Keteranagn isi | : berwarna |
Bahasa | : Indonesia |
Jenis | : Non Fiksi |
Kelompok Pembaca | : Dewasa |
Jenis Cover | : Softcopy |
Media | : PDF/BUKU |
Terbitan | : IKJ PRESS |
Jenis | : Penelitian |
Kategori | : Buku Ajar |
Judul Buku | : Dasar – Dasar Apresiasi Film Edisi II | |
Kepengarangan | : Marselli Sumarno | |
Editor/penyunting | : Muhammad Aditya Pratama, S.Sn | |
Desain Cover | : Muhammad Aditya Pratama, S.Sn | |
Layout | : Muhammad Aditya Pratama, S.Sn | |
Sinopsis | Buku ini ditujukan untuk para pelajar, para guru yang ingin memberikan bimbingan kepada para siswa, dan mahasiswa yang ingin menjadikan film sebagai bagian dari studi. Tujuan penulisan dan penerbitan buku ini tercapai jika berbagai golongan dan lapisan masyarakat ini gairah untuk mencintai film. Edisi kedua ini pun menambah khazanah perkembangan sinema dalam dunia digital dan bagaimana perbedaan antara kritik dan kajian film. | |
Link Katalog Penerbit | : https://lppm.ikj.ac.id/buku-teks-ajar/ | |
Edisi | : Kedua | |
ISBN | : on progres | |
Seri | : tidak ada | |
Tahun | : 2023 | |
Ukuran Buku | : 15x 21 cm | |
Jumlah Halaman | : xx +170 halaman | |
Keterangan Isi | : Berwarna | |
Bahasa | : Indonesia | |
Jenis | : Non Fiksi | |
Kategori/kelompok pembaca | : Semua Umur | |
Jenis Cover | : Soft cover | |
Media | : Buku/PDF | |
Terbitan | : IKJ Press | |
Jenis | : Penelitian | |
Kategori | : Buku Referensi | |
Link | : https://lppm.ikj.ac.id/mata-kuliah-tata-artistik-dasar/ |
Seri Mini Seminar #3
meetingofminds 2023
Kami kembali menyapa dan mengajak saudara semua untuk berjumpa kembali dalam program Seri Mini Seminar#3 meetingofmind 2023. Kali ini dalam tajuk “Estetika Nusantara dalam Seni Lukis Betawi”. Mari bergabung dalam diskusi dan terbuka untuk Umum!!!
Pemateri
Dr. Sarnadi Adam, M.Sn.
Purnabakti Dosen Pendidik Seni Rupa, FBS, UNJ
Dr. Citra Smara Dewi, S.Sn, M.Si.
Dosen Desain Interior Fakultas Seni Rupa IKJ
Moderator
Dr. Tri Aru Wiratno, S.Sn., M.Si
Dosen Desain Seni Murni IKJ
Diskusi ini akan dilangsukan pada:
Hari/tgl : Selasa, 14 November 2023
Pukul : 13:00 – selesai
Tempat : Auditorium Lt.2, Gedung Rektorat IKJ
Registrasi
Peserta diskusi dapat melakukan registrasi di
https://bit.ly/REGminiseminar3
*FREE E-SERTIFIKAT
Datang dan diskusi bersama.
Sampai jumpa!
#meetingofminds2023
Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=SrH5HCr9ekI&t=3s
Secara sederhana, estetika menurut KBBI daring adalah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya. Masih menurut KBBI, estetika juga diartikan sebagai kepekaan terhadap seni dan keindahan. Sejalan dengan itu, keindahan kesenian Betawi ternyata tidak hanya bisa kita telusuri lewat seni pertunjukan saja, melainkan juga banyak tertuang dalam karya seni rupa, salah satunya melalui lukisan. Lukisan-lukisan Betawi memang tidak begitu banyak dihadirkan oleh para seniman Betawi. Setidaknya, hal tersebut yang dikemukakan oleh Sarnadi Adam, seorang pelukis Betawi yang konsisten melahirkan lukisan-lukisan Betawi. Pada Selasa, 03 Oktober 2023, Wili Sandra dan Romauli Sianipar dari Bidang Riset Inovasi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (RIPKM), Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di bawah koordinator Warek III Dr. Madia Patra Ismar, S.Sn.,M.Hum. berkesempatan mewawancarai pelukis Betawi yang tinggal di Kebayoran, Jakarta Selatan itu.
Dalam penuturannya, Sarnadi Adam menjelaskan bahwa banyak keindahan alam dan potret kehidupan Betawi tempo dulu yang menarik untuk diabadikan di dalam lukisan. Bagi Sarnadi, lukisan dapat menjadi salah satu media yang dapat digunakan untuk menuangkan berbagai sisi keindahan yang ada dalam kehidupan masyarakat Betawi agar tidak dilupakan begitu saja oleh generasi yang akan datang. Keindahan-keindahan itu tampak pada sejumlah lukisan bertema Betawi yang terpampang hampir di seluruh dinding rumah Sarnadi. Keindahan itu dituangkan oleh Sarnadi dalam bentuk objek-objek khas Betawi, seperti orang, seni tradisi, bentang alam, dan berbagai corak kebetawian. Goresan-goresan indah yang dihadirkan Sarnadi didominasi oleh warna-warna cerah yang tajam, seperti warna merah, hijau, dan kuning dengan berbagai corak sebagaimana warna-warna itu sering dipakai oleh masyarakat Betawi. Kombinasi warna-warna itu tentu dapat membangkitkan gairah, semangat, dan perasaaan senang, setidaknya itulah yang dirasakan tim RIPKM IKJ ketika menyaksikan lukisan-lukisan itu di galeri rumah Sarnadi Adam.
Potret orang Betawi tempo dulu, seni tradisi, pakaian tradisional, rumah adat, dan bentang alam yang indah seolah menggabarkan harmonisasi kehidupan masyarakat Betawi zaman dulu lewat goresan, sapuan kuas, dan perpaduan warna yang dituangkan Sarnadi Adam lewat lukisannya. Lukisan-lukisan Sarnadi juga dapat menjadi penghubung dan pertalian memori indah masa lalu dan masa kini dalam kolektif masyarakat Betawi yang diwakili oleh Sarnadi Adam sebagai bagian dari masyarakat Betawi. Hal itu tentu dapat menjadi jembatan bagi generasi muda untuk dapat melihat dan mengenal serta memahami keindahan dan harmonisasi kehidupan masyarakat Betawi tempo dulu. Menurut Sarnadi, kegiatan mengabadikan berbagai hal tentang kebetawian seperti memunculkan ingatan dan pengalaman masa lalu yang layak dikenang, dibagi, dan diabadikan salah satunya melalui lukisan. Keindahan-keindahan objek dan alam Betawi tampak juga dalam kreasi dan imajinasi Sarnadi ketika melukis. Ia tidak hanya melukis satu objek saja dalam satu kanvas, melainkan ada beberapa objek yang dituangkan sekaligus. Dengan demikian, penikmat lukisan dapat menikmati dan merasakan keindahan alam dan kehidupan masyarakat Betawi lewat beberapa objek dengan latar dan tema tertentu di dalam lukisan Sarnadi Adam yang dapat dikategorikan sebagai salah satu maestro seni lukis Betawi.
]]>
Di tengah gempuran arus globalisasi dan perkembangan zaman, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) melalui Bidang III Riset, Inovasi, dan PkM (RIPKM) di bawah pimpinan Dr. Madia Patra Ismar, S.Sn.,M.Hum. terus berupaya untuk membantu dan memberikan dukungan agar ekosistem seni tradisi tetap tumbuh dan hidup di tengah-tengah komunitasnya. Tim RIPKM IKJ berhasil mewawancarai salah satu kelompok musik Samrah Betawi yang dikelola oleh Lambara Dimas Anya atau yang akrab disapa Dimas. Pemuda yang tengah menempuh jenjang S2 di Sekolah Pascasarjana IKJ ini terus berupaya agar musik tradisi tersebut tetap hidup. Berbekal dari pola pewarisan (transmisi) yang berjalan baik di keluarga Dimas sebagai penggiat musik samrah, kesenian khas Betawi itu berhasil eksis hingga kini. Sebagai generasi kedua dalam rantai pewarisan musik Samrah di Sanggar Pelangi, Dimas menjalankan beberapa strategi agar musik Samrah tidak punah dan tergerus arus perkembangan zaman. Strategi pertama adalah dengan cara mengadakan pendekatan kepada pemerintah, khususnya pada pihak Pemda DKI Jakarta untuk mendukung dan mendanai kelompok musik Samrah yang dikelolanya. Dukungan itu didapat oleh Dimas dan grup yang dipimpinnya setelah mereka berhasil meyakinkan pihak Pemda ketika tampil baik disejumlah acara yang melibatkan pihak Pemda. Dari situ, pihak Pemda selalu mengundang kelompok Samrah dari Sanggar Pelangi pimpinan Dimas pada setiap acaranya. Bahkan, pihak Pemda juga turut mengupayakan agar kelompok musik tradisi itu dapat tampil di banyak acara yang bersinggungan dengan pemerintah.
Kelompok musik Samrah dari Sanggar Pelangi bahkan tidak hanya tampil di Jakarta dan Indonesia, tetapi juga sudah sampai ke mancanegara. Strategi berikutnya yang dilakukan Sanggar Pelangi adalah dengan mengadakan pendekatan ke sejumlah generasi muda agar mereka tertarik untuk belajar musik tradisi samrah. Dimas memiliki cara khusus untuk menarik perhatian para generasi muda, yaitu dengan memasukkan beberapa unsur musik modern ke dalam aransemen musik samrah. Namun demikian, Dimas tetap mempertahankan hal-hal pokok (pakem) yang berlaku di musik Samrah, baik dari segi komposisi, maupun jenis lagunya. Dengan langkah-langkah itu, usaha pelestarian dan pengembangan musik samrah di Sanggar Pelangi dapat berjalan dengan baik. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Sanggar Pelangi yang dikola Dimas tentu dapat menjadi acuan dan contoh dalam pengembangan musik-musik tradisi lainnya di Indonesia. Wawancara lengkap perwakilan RIPKM IKJ dapat disaksikan melalui tautan berikut:
https://drive.google.com/file/d/1zFDD5cW7j5m6pxqCyJ8C7EieZuZeNKiS/view?usp=sharing
]]>Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=QT_oMjOMsRQ&t=797s
Kesenian Betawi ternyata tidak hanya dikembangkan oleh seniman yang mendiami wilayah DKI Jakarta, tetapi juga turut menjadi perhatian komunitas seni di luar Jakarta. Karsa, salah satu seniman tradisi dan pengelola Sanggar Sinar Seli Asih turut andil dalam upaya melestarikan dan mempertahanan kesenian Betawi di daerah Bekasi. Di sanggar itu, ia mengembangkan dan memberikan pelatihan seni topeng Betawi yang ia sebut sebagai “Tari Topeng Betawi di Bekasi”. Pada sebuah kesempatan, Wili Sandra dan Romauli Sianipar dari tim bidang Riset, Inovasi, dan Pengabdian Kepada Masyarakar (RIPKM) di bawah koordinator Wakil Rektor III, Dr. Madia Patra Ismar, S.Sn., M.Hum. berkunjung ke Sanggar Sinar Seli Asih di Bekasi dan mewancarai Karsa sebagai pengelolanya. Secara singkat, Karsa menjelaskan bahwa sanggar itu sudah mulai dirintis oleh orang tuanya sejak 1991. Bahkan, cikal bakal sanggar itu menurutnya sebenarnya sudah mulai dirintis sejak masa kakeknya masih hidup ketika sang kakek mengembangkan kesenian Topeng Tambun pada sekitar 1900-an.
Pada sesi wawancara itu, Karsa menjelaskan bahwa secara konsep pertunjukan sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok yang membedakan tari topeng Betawi di daerah Jakarta dengan yang ada di Bekasi. Pembedanya hanya terletak pada garapan musik dan tarian pembuka sebagai bentuk kreativitas dari para seniman atau penampil, khususnya di sanggar yang ia kelola. Sebagaimana umumnya dalam kesenian topeng, menurut Karsa ada tiga karakter topeng yang selalu ditampilkan, yaitu karakter panji yang bersifat lemah lembut, lalu karakter samba dengan pembawaan ceria, dan karakter gagah dengan sifat pemberani.
Pada bagian selanjutnya, Karsa menguraikan tentang pelatihan tari topeng di Sanggar Seli Asih yang dikelolanya. Di sanggar itu, ketika tim RIPKM berkunjung, tampak sejumlah siswi atau generasi muda tengah berlatih tari di sana. Menurut Karsa, mereka tertarik mempelajari seni tradisi itu karena di sekolah mereka ada mata pelajaran Seni Budaya dan Muatan Lokal yang mengharuskan mereka bersentuhan dengan seni tradisi. Para generasi muda yang berlatih di sana terlihat antusias mengikuti latihan. Mereka biasanya datang pada sore hari, terutama pada akhir pekan untuk berlatih tari. Pada akhir sesi latihan, biasanya mereka mengumpulkan iuran secara suka rela. Iuran itu menurut Karsa digunakan untuk biaya operasional sanggar. Biaya operasional sanggar kadang-kadang juga dibantu pihak Pemda setempat. Walaupun pelatihan dan dukungan Pemda terus berjalan, menurut Karsa tantangan perkembangan zaman dan perkembangan dunia digital dewasa ini membuat para seniman, termasuk dirinya harus mampu beradaptasi dan meningkatkan kreativitas agar seni tradisi tidak ditinggalkan, terutama oleh generasi muda sebagai mata rantai pewarisan. Rekaman hasil wawancara selengkapnya dapat disimak melalui tautan berikut:
]]>
Seri Mini Seminar #2 meetingofminds 2023
Kami kembali menyapa dan mengajak saudara semua untuk berjumpa kembali dalam program Seri Mini Seminar #meetingofmind 2023. Kali ini dalam tajuk “Nuansa Religi dalam Kesenian Betawi”. Mari bergabung dalam diskusi dan terbuka untuk Umum!!
Pemateri
Prof. Yasmine Zaki Shahab, S.S., M.A., Ph.D.
Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia
Syadiidah, M.Hum.
Dosen Vokasi Universitas Indonesia & Peneliti Tradisi Lisan
Moderator
Dr. Lucky Wijayanti, M.Sn.
Dosen FSRD & Ketua Sentra HKI IKJ
Diskusi ini akan dilangsukan pada:
Selasa, 26 September 2023
Pukul : 09:00 – selesai WIB
Tempat : Auditorium Lt.2, Gedung Rektorat IKJ
Registrasi
https://bit.ly/REGminiseminar2
*FREE E-SERTIFIKAT
Datang dan diskusi bersama. Sampai jumpa!
#meetingofminds2023