Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=mSQ4V2ZzVLg
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) melalui Bidang Riset, Inovasi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (RIPKM) kembali menggelar Seri Mini Seminar bertajuk “Seni, Pencak Silat, dan Masyarakat Adat”. Acara Mini Seminar kali ini merupakan seri kedua sekaligus yang terakhir untuk tahun 2024. Acara ini diselenggarakan di Ruang Auditorium Rektorat IKJ Lantai 2 pada tanggal 09 Agustus bertepatan dengan Hari Masyarakat Adat Internasional. Tema “Seni, Pencak Silat, dan Masyarakat Adat” dipilih atas dasar pemikiran bahwa terdapat hubungan yang kuat antara seni, pencak silat, dan masyarakat adat yang saling mendukung dan bersinergi satu sama lain. Melalui mini seminar ini, IKJ menunjukkan dukungan penuh terhadap penetapan Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia oleh UNESCO pada sidang ke-14 bertajuk “Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage” yang berlangsung di Bogota, Kolombia 9–14 Desember 2019. Penetapan ini secara tidak langsung tentu saja dapat menjadi sebuah refleksi bagi masyarakat (adat) dunia dalam memandang tradisi dan budaya Indonesia.
Dalam pertemuan ilmiah itu hadir 3 orang pembicara utama. Pertama, Riki Henrian mewakili Direktorat Jenderal Kebudayaan menggantikan Drs. Fitra Arda, M.Hum. (Sekretaris Jenderal Kebudayaan) yang berhalangan hadir. Pada kesempatan itu, ia memaparkan materi berjudul “Tradisi Pencak Silat dan Masyarakat Adat”. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya peran masyarakat adat dalam menjaga tradisi pencak silat serta peluang dan tantangan yang dihadapi pencak silat saat ini dan di masa mendatang. Narasumber kedua adalah Dr. Iwan Gunawan, M.Si. Beliau membawakan materi berjudul “Gestur Pencak Silat Sebagai Penciri Seni Beladiri Khas Indonesia (Dalam Komik dan Film)”. Pada sesi tersebut, ia menyampaikan bahwa terdapat gestur “khas” pencak silat yang membedakannya dengan seni bela diri lain yang ia amati dalam beberapa komik dan film dalam rentang waktu tertentu. Pemateri ketiga (terakhir) adalah Dr. Madia Patra Ismar, S.Sn.,M.Hum. Ia merupakan salah satu pakar Silat Harimau Minangkabau. Pada kesempatan itu, ia membawakan materi berjudul “Silat dalam Seni Pertunjukan Tradisi Catatan Perjalanan Etnografi Tari”. Ia menjelaskan tentang bagaimana “pertemuannya” dengan tradisi silat dan tentang pendekatan etnografi antropologi tari yang dipakainya untuk mendalami seluk-beluk tradisi Silek Harimau Minangkabau.
Selain ketiga pembicara di atas, dalam acara tersebut juga digelar pertunjukan silat. Pertunjukan pertama menampilkan Silek Harimau Minangkabau pimpinan Datuk Rajo Gampo Alam [Guru Gadang Perguruan Silat Harimau Minangkabau]. Pada kesempatan itu, Datuk Rajo Gampo Alam memberikan pengantar mengenai Silat Harimau Minangkabau dan kekhasannya yang menjadi pembeda dengan silat-silat dari daerah lain. Penampilan kedua diisi dengan pertunjukan Silat Beksi Betawi pimpinan Amsori [Guru Besar Perguruan Silat Beksi Bejalu, Cirendeu]. Sama seperti sebelumnya, Amsori juga memberikan pengantar mengenai Silat Beksi Betawi sekaligus juga ikut tampil memperagakan gerakan silatnya. Selain penampilan silat, acara Seri Mini Seminar kali ini juga dimeriahkan dengan bazar buku dari penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Penerbit IKJ Press. Acara ini juga didukung oleh Hotel Borobudur Jakarta dan diliput secara eksklusif oleh TV Kampus IKJ. Acara ini dipandu oleh Wili Sandra, M.Hum. sebagai MC dan Dr. Gres Grasia Azmin, M.Si. dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Ia adalah seorang akademisi dan pakar silat Beksi Betawi. Acara ini juga dihadiri beberapa pakar dan budayawan lain di antaranya Prof. Yasmine Zaki Shahab, Ph.D, Julianti Parani, Ph.D, Dr. Ninuk Kleden, dan tokoh lainnya dari IKJ dan dari luar IKJ serta dari berbagai komunitas adat, termasuk para seniman, mahasiswa, dan para pemerhati dan penggiat seni lainnya.