Sebagai kelanjutan dari Focus Group Discussion (FGD) sebelumnya, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) melalui Bidang III Riset, Inovasi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat kembali menyelenggarakan FGD pada Jumat, 01 September 2023. FGD kali ini masih mengangkat tema seputar kesenian Nusantara, yaitu “Knowledge Creation dalam Pantun Lagu Gambang Koromong Betawi”. Pada pertemuan itu, kembali hadir narasumber yang merupakan pakar, akademisi, dan budayawan Julianti Parani, PhD. Di samping Julianti, turut hadir pula narasumber lain dari kalangan akademisi dan atropolog LIPI (sekarang BRIN), Dr. Ninuk Kleden Probonegoro. Selain kedua pakar di atas, sesi FGD kali ini juga diikuti oleh Malona Sri Repelita, M.Si. dari Prodi Etnomusikologi, FSP IKJ yang sedang meneliti musik Gambang Kromong.
Acara diawali dengan obrolan santai antarnarasumber, kemudian dibuka secara resmi oleh Wili Sandra, M.Hum. sebagai pembawa acara. Kemudian, acara dilanjutkan dengan kata sambutan dan ucapan terima kasih oleh Wakil Rektor III IKJ Bidang Riset, Inovasi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat Dr. Madia Patra Ismar S.Sn., M.Hum yang kembali bertugas sebagai pemantik diskusi. Warek III IKJ itu membuka diskusi dengan persoalan seputar kebetawian, etnis Tionghoa, dan pantun lagu Gambang Kromong yang menjadi fokus pembahasan pada pertemuan tersebut. Malona kemudian menjadi narasumber pertama sekaligus pembuka dengan uraian pengetahuan dan pengalamannya selama meneliti Gambang Kromong pada masyarakat Betawi. Ia menyoroti soal sejarah dan dinamika perubahan yang terjadi pada pertunjukan Gambang Kromong dari masa ke masa. Julianti Parani kemudian menanggapi hal tersebut yang dalam pandangannya melihat perubahan-perubahan itu terjadi sebagai bentuk proses interaksi budaya dan perpindahan penduduk dari berbagai suku bangsa, termasuk etnis Tionghoa ke berbagai daerah, termasuk ke Jakarta. Selain itu, menurut Julianti perubahan cara hidup dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan teknologi turut memicu perubahan itu hadir. Menyambung pembahasan itu, Ninuk Kleden mengatakan bahwa dalam perubahan dan proses interaksi budaya itu ada peran memori yang menjadi pertalian antara masa lalu dan masa kini. Hal itulah yang menurut Ninuk melatarbelakangi terjadi perubahan-perubahan dalam pantun lagu Gambang Kromong soal seberapa besar memori itu ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lebih lanjut, Ninuk juga mengemukakan bahwa memori itu tidak terbatas hanya pada memori kolektif, tetapi juga memori individu dan kultural yang juga tidak kalah penting perannya dalam proses interaksi budaya dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Betawi dan kesenian yang mereka geluti, dalam hal ini Gambang Kromong. Setelah diskusi yang hangat dan menarik itu berlangsung, Madia Patra Ismar kemudian memberikan beberapa simpulan dan catatan penting di antaranya bahwa banyak faktor dan dinamika sosial budaya yang harus dilihat ketika menyoal perubahan dalam kesenian Gambang Kromong, termasuk melihat kembali hal-hal mendasar mengenai apa itu pantun, lagu, dan berbagai komposisinya di dalamnya. Acara tersebut kemudian ditutup oleh Wili Sandra sebagai pembawa acara dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama.