FGD (Focus Group Discussion) – Balet & Estetika Nusantara

 

BALET & ESTETIKA NUSANTARA

Insitut Kesenian Jakarta melalui Bidang III Riset, Inovasi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat melenggarakan Focus Group Discussion (FGD) pada Selasa, 08 Agustus 2023. FGD kali ini mengangkat tema “Balet dan Estetika Nusantara”. Pada acara tersebut, hadir para pakar tari dan balet dari kalangan akademisi dan praktisi. Narasumber pertama adalah Julianti Parani, PhD. Beliau adalah seorang pakar, akademisi, praktisi, dan budayawan yang telah lama berkecimpung dalam dunia tari. Selain Julianti Parani, FGD kali ini juga dihadiri oleh praktisi balet Indonesia yang berkarier secara Internasional, terutama di Jerman, Ditta Miranda Jasjfi. Selain Ditta, turut hadir pula Chendra Efendy Panatan seorang praktisi balet Indonesia yang juga sudah banyak berkecimbung di dunia balet, baik yang berskala nasional maupun internasional. Narasumber terakhir adalah Dewi Hafiyanti, M.Sn. seorang dosen dan praktisi tari dari Institut Kesenian Jakarta.

Acara tersebut dibuka oleh Wili Sandra, M.Hum. sebagai pembawa acara. Kemudian, dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Wakil Rektor III IKJ Bidang Riset, Inovasi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat  Dr. Madia Patra Ismar S.Sn. M.Hum yang merangkap sebagai penggagas dan pemantik diskusi. Dalam dikusi hangat yang santai, namun serius itu, Julianti Parani mengemukakan pandangannya mengenai “Kebebasan dan Keterbatasan” dan “Keterbatasan dan Kebebasan” dalam dunia tari kontemporer, termasuk balet. Bagi Julianti, seorang penari harus pandai mengeksplor pengetahuan dan pengalaman ketubuhannya secara bebas dalam menari. Namun demikian, mereka juga harus mampu membuat dan memberi batasan dalam kebebasan itu agar tari yang ditampilkan tetap mengandung estetika seni yang tinggi. Sejalan dengan itu, Ditta mengutarakan tentang pengalamannya soal eksplorasi dan kreativitasnya dalam dunia tari dan balet. Menurutnya, ada banyak cara yang bisa dilakukan seorang penari dalam mengolah ide, kreativitas, dan pengalaman ketubuhannya. Salah satunya seperti yang diterapkan Ditta adalah  dengan menyelipkan beberapa gerakan tari nusantara yang dikuasinya ke dalam tari balet, baik secara sadar maupun tidak. Dari kedua ulasan itu, Chendra kemudian memperkuat pandangan itu soal pentingnya pemahamaman dan penguasaan tari tradisi dalam konteks perbincangan “identitas” tari balet Indonesia. Dikusi tersebut kemudian dilengkapi oleh Dewi Hafiyanti tentang pentingnya disiplin berlatih dan kurikulum yang tepat dalam pendidikan tari, terutama bagi generasi muda yang ingin menjadi koreografer profesional, baik untuk tari tradisi maupun tari kontemporer seperti balet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Post